Jumat, 08 Agustus 2014

Hati kita tidak menyatu, Itu membuat lelah...!!!

JL : "Mas!!, Jalannya masih jauh gak!!?"

peserta bertanya ke Instruktur dengan nada kesal.

INST : "Jauh atau dekatnya kamu bandingkan dengan apa?"
JL : "Iyaa,,, klo jauh, lebih baik aku pulang aj!!! apalagi kali jalannya naik dan turun....!!!"
INST : "Klo mau istirahat ya silahkan, mungkin ada yang mau sholat maghrib. Klopun juga ada yang mau pulang, ya silahkan saja"
peserta itu hanya diam dan wajah kesal.

Malam itu pukul 19.00. WIB. Sejak awal pelatihan Ia lebih sering mengeluh dari pada menikmati perjalanan ini.

Tiba di Finish sudah pukul 22.00 WIB, peserta langsung bersih-bersih badan, dan tidak lama melakukan sesi debrief. Program ini didampingi oleh Dosen Pembimbing. Bahkan Ibu Dosen pun mengatakan, "tidak apa-apa mereka harus kemalaman dan lelah, krn saya 20 tahun di atas mereka merasa tantangan fisik yang mereka terima belum lah apa-apa. Mereka lelah justru karena emosinya sendiri"

Malam ketika sesi debrief pukul 01.00, terjadi perseteruan antara JL (peserta yang mengeluh) dengan seorang rekan satu timnya sebut saja DW.
DW : "Saya tidak suka dengan keluhan kalian, klo memang tidak ada hati mengikuti Outdoor Training ini kenapa kalian harus datang. Asal kalian tau,,,!!! keluhan kalian itu tidak memberikan kontribusi positif untuk tim kita!!!" "Buktinya kita tetap saja tiba larut malam!!!" "Saya quit dari tim ini". "Saya tidak suka dengan norma yang ada di tim ini, ketika ada yang bicara, yang lain cuek bahkan ngobrol sendiri dan main BB"

Emosi ini disampaikan oleh DW dengan penuh emosi tangisan dan memukul-mukul lantai hutan tempat camp malam itu dengan botol minumnya. Camp yang berada di antara tegakan pohon dan 50m tepi danau.

Ketua TIM : "Cukuppp....!!!! Coba kita perhatikan, kenapa di Outdoor Training ini kita sanggup untuk diskusi hingga larut, sedangkan jika kita kembali ke seharian kita menjadi egois". "Untuk meeting 2 jam saja kita tidak pernah datang tepat waktu dan tim jarang lengkap bahkan buru-buru mau cepat selesai". "Project Event Mata Kuliah Team Development kita 2 minggu lagi, mari kita saling terkoneksi satu-sama lain. Tidak ada yang keluar dari tim."


Akhirnya malam itu semua anggota tim lega untuk menyampaikan uneg-uneg yang mengganjal dihati mereka. Pukul 02.00 mereka menutup diskusi dengan haru dan damai.

Di Hari terakhir pelatihan, rencananya pelatihan akan di tutup pukul 14.00 WIB malah dilakukan Pukul 17.00 WIB. Peserta intens dalam diskusi kelompoknya untuk mematangkan kesepakatan tim dalam mempersiapkan event yang akan digelar 2 minggu lagi. Hal ini meraka lakukan karena merasa lebih saling mengenal dan satu sama lain merasa penting keberadaannya.

- Sedikit cerita dari rangkaian pelatihan Outdoor Training yang pernah saya fasilitasi

Sabtu, 31 Mei 2014

Filosofi Drucker

Efisiensi adalah melakukan sesuatu dengan benar.
Efektivitas adalah melakukan hal yang benar.

Dalam Hal Uang
Uang akan mengikuti pengetahuan. Uang bukanlah masalah. Masalahnya adalah kepemimpinan.
Keuntungan bukan merupakan tujuan, tetapi merupakan faktor pembatas pada perusahaan bisnis dan aktivitas bisnis.
Kita membutuhkan pengukuran bukan perhitungan.

Dalam Hal Manajemen
Manajemen sebagian besar berhubungan dengan orang, bukan teknik dan prosedur. Hubungan antara merekalah yang penting.
Pengambilan keputusan yang efektif sebenarnya hanya membuat sedikit sekali keputusan.
Tiga (3) pertanyaan yang paling penting adalah :
● Apa bisnis kita?
● Siapa costumer kita?
● Apa yang dianggap sebagai nilai oleh costumer ?
Manajemen yang berdasarkan tujuan akan berhasil jika anda berpikir terlebih dahulu melalui tujuan anda. Sembilan puluh (90%) waktu tidak anda lakukan.

Dalam Hal Pengetahuan
Saat ini kita menerima kenyataan bahwa belajar adalah proses yang harus dilakukan seumur hidup agar dapat mengikuti perubahan. Dan tugas yang paling mendesak adalah mengajari orang untuk belajar.
Intisari manajemen adalah membuat pengetahuan menjadi produktif. Pengetahuan tercipta hanya jika diterapkan. (Pengetahuan yang bisa diterapkan dan bukan hanya sekedar informasi).
Kita tidak akan dibatasi oleh informasi yang kita miliki. Kita hanya akan dibatasi oleh kemampuan kita dalammemproses informasi itu.

Dalam Hal Individu
Ketahui kekuatan anda.
Pertanyaan pertama yang harus diajukan adalah apa yang harus dilakukan.
Setiap enam bulan, tanyakan pada diri Anda, saya ingin diingat sebagai orang seperti apa?
The Definitive Drucker - Elizabeth Haas Edershem

Rabu, 02 April 2014

Mitos 21 hari untuk install kebiasaan baik

Kami adalah awak kapal laut dalam sebuah kapal yang selalu melakukan pelayaran. Terkadang lautan ini tenang, terkadang bergelombang bahkan kami pernah menghadapi badai. Cuaca pagi ini sejuk karena kemarin sore hujan. Angin bertiup damai.

Hari ini, salah satu awak kapal di perahu kami telah mempersiapan sebuah sesi bermain yang diberi nama 5S yaitu sebuah permainan untuk menata tempat kerja agar lebih kondusif, sistematis & efektif.

Sebelum permainan ini dimulai, Di kapal ini kami terbiasa ngopi (ngobrol dipagi hari) Yaaa,,, kira2 15 – 30 menit  dan memang ditemani kopi terkadang Teh. Kemudian kami lanjutkan dengan beres2 barang atau ruang masing-masing selama 30 menit. Prinsipnya sederhana, badan kami bergerak, telinga kami mendengar “beat” musik agar lebih enjoy, kami bersih-bersih agar pandangan mata jadi segar dan aroma ruangan penuh ide. Kebiasaan ngobrol dipagi hari ini telah menjadi budaya pagi di kapal.

Pagi ini, Mr Aero membagikan pengalamannya untuk menciptakan habit baik terkait permainan 5S.

Mr Aero          :  “Tahukah kalian?, Jika ingin membudayakan habit/ kebiasaan baik itu harus dilakukan selama 21 hari berturut-turut.?”
Awak Kabin    : “Benarkah Mr?”
Mr Aero          : “Ya,, seperti Ngopi yang telah menjadi Budaya Pagi ini, juga diwariskan oleh Kapten sebelumnya selama 21 hari berturut-turut”
Awak Kabin    : “Bagaimana jika tidak 21 hari, tetapi 20 hari? Apakah ada diskon Mr?”
Mr Aero          : “Ohhh,,, tentu tidak,,, Dikapal ini No Diskon tantangan, yang ada adalah menaikan tantangan”
Semua Awak  : “ Hahahaha,,, “

Semua awak kapal geli tertawa karena No Diskon tantangan adalah sebuah petuah yang selalu disampaikan kepada orang yang ingin menumpang di kapal ini. Karena cuaca tidak bisa di tebak, oleh karena itu semua awak kapal & penumpang kapal harus siap dengan tantangan.

Lanjut cerita..

Mr Aero          : “Jika kamu lakukan hanya 20 hari, maka kamu harus ulang dari awal lagi.”
Awak Kabin    : “Begitukah!!!??” “berarti harus di reset lagi kebiasaan yang telah biasa kita lakukan selama 20 hari kemarin?”
Mr. Aero         : “iya...”


Disaat obrolan berlangsung, mendekat kapal lain berbendera Singapura ke arah kapal kami.

“Hei,, apa yang kalian lakukan dipagi hari indah ini?”
“Kami sedang ngobrol pagi kawann!!, mari minum kopi hangat bersama kami!” sahut awak kapal.
“Kebetulan sekali, aku membawa pesan utk kalian dari paman James Gwee dari lauran seberang”
“Apa itu,,?, Kami tidak sabar mendengarnya”.

Ia mampir untuk menyampaikan pesan melalui audiobooknya tentang Change yaitu jika Tindakan A maka  Hasil A. Artinya jika ingin hasil B, maka tindakan juga harus B.  

“Luar biasa,,,!!!” kata salah satu awak kapal

Kehadiran paman James Gwee ini menguatkan cerita Mr. Aero bahwa tindakan kita sebaiknya dilakukan selama 21 hari. Maka setelah terbiasa, kita tinggal menunggu hasilnya datang sendiri.

Durasi Ngopi Usai, awak kapal melanjutkan permainan 5S-nya.

Sekian cerita dari bagian pelayaran kapal ini. 

Rabu, 03 April 2013

Sebuah Refleksi Dalam Proses Pengembangan Diri



Disore hari nan cerah,,, disaat sedang membuka file-file lama. Saya menemukan beberapa file mengenai pelatihan yang pernah saya pegang. Tulisan Refleksi berikut ini masih tersimpan rapi dalam satu folder pelatihan bersama salah satu perusahaan tambang. Hal yang paling di ingat saat membaca tulisan ini adalah si penulis (Emil) yang membaca dengan raut wajah yang datar, tegas dan dialek Bugis karena Ia berasal dari Makassar. Tulisan ini dibuat setelah semalaman melewati proses Solo Camp di tengah-tengah tegakan pohon dalam kesendirian. Pelatihan 5 hari yang dilalui sepertinya memberikan bekas mendalam bagi pengembangna diri penulis. Berikut tulisan refleksinya...

Aku melihat pergelangan tangan kananku, kulihat warna hitam dan putih. Persis seperti hiidup yang kadang naik dan kadang turun. Senang ketika dikenakan geang putih, dan kecewa ketika gelang hitam berdampingan menenmaninya. Sekarang ini yang penting adalah bagaimana aku menyikapinya, sikap bisa mengubah semuanya.
Bekerja di Jakarta adalah hal yang aku hindari. Hiking adalah sesuatu yang aku benci, membuatku gelisah karena harus keluar dari zona nyamanku. Namun hari ini semuanya telah aku kerjakan, dan ternyata tidak seburuk itu. Mungkin ini adalah sebuah kekanak-kanakan versi dewasa, tidak beda jauh dengan anak kecil yang takut ke dokter gigi.
Di balik kesuksesan seorang pria, terdapat seorang wanita di belakangnya, dan wanitaku adalah ibuku yang kupanggil mama. Mama bukanlah tipe ibu yang akan memeluk anaknya dengan erat dan hangat dan berkata “semuanya akan baik-baik saja nak”, tapi mama adalah ibu yang selalu mendorong anaknya dengan sedikit keras untuk menjadi lebih baik. Mama selalu berusaha menaikkan standar perilakuku entah dengan nasihat-nasihatnya atau dengan teguran kerasnya.
Hari ini aku berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Aku bosan dengan standar medioker. Aku ingin berada di puncak agar bisa melihat pemandangan yang lebih indah. Kemenangan selalu terasa menyenangkan dan selalu memberi hadiah. Hadiah itu berupa piala, gaji yang tinggi, istri yang cantik, ataupun makan nasi kotak isi ayam, bukan tempe. Tapi yang paling penting bukan hadiahnya, tapi perasaan senang karena mengetahui usaha kita akhirnya membuahkan hasil. Aku ingin merasakan itu lagi, lagi, lagi, karena itu adalah kepuasan pribadiku. Terima kasih Allah, terima kasih Ibu, terima kasih semuanya.
Jatiluhur, 30 Des 2011

Emil Arya  




Selamat Berjuang Emil,, Kami menunggu kabar sukses dari mu.

Selasa, 05 Maret 2013

APAKAH OUTBOUND METODE PEMBELAJARAN BERBASIS PENGALAMAN?


Apa sich Outbound itu? Jika kita cari di Kamus Besar Bahasa Indonesia, maka tidak akan ketemu arti secara harfiah. Ada juga yang coba mengelaborasi bahwa Outbound adalah “Out” = “keluar”, “Bound” = “Boundaries” (batas). Elaborasi ini hanya kreatifitas para pelaku Outbound yang belum mengetahui sejarah Outbound. Dalam dunia traveling, Outbound artinya membawa wisatawan dari dalam negeri keluar negeri, sedangkan Inbound adalah wisatawan luar negeri yang datang ke dalam negeri. Bagi orang telemarketing (berdasarkan pengalaman penulis karena pernah pegang pelatihan dengan peserta telemarketing) Outbound adalah pesan (promo) yang ingin disampaikan ke kostumer mengenai suatu produk dan Inbound adalah pesan/telpon yang masuk (bisa jadi pertanyaan atau komplain) dari kostumer mengenai produk yang dibeli kostumer.
Jadi, apa sebenarnya Outbound itu? Para praktisi pelatihan dengan metode Experiential Learning di Indonesia yang tergabung dalam AELI (Asosiasi Experiential Learning Indonesia), menduga bahwa Outbound adalah pergeseran kata yang berasal dari Outward Bound®. Outward Bound® adalah sebuah lembaga pendidikan yang telah berdiri sejak tahun 1941 oleh Kurt Hahn (1886). Pertama kali didirikan di Aberdovey, Wales. Outward Bound® Masuk ke Indonesia awal tahun 1990 dibawa oleh Djoko Kusumowidagdo dengan basecamp pelatihan di Jatiluhur – Purwakarta – Jawa Barat. Fokus pelatihan yang diusung Outward Bound® lebih pada pengembangan karakter siswa daripada sekedar pencapaian nilai-nilai akademik.
Outward Bound® sendiri merupakan institusi pendidikan pengembangan pribadi yang menggunakan tantangan alam sebagai medianya. Landasan Filosofis pendidikan Outward Bound ini adalah Experiential Learning (pembelajaran berbasis pengalaman). Menurut Kurt Hahn tujuan yang ingin ia terapkan dalam pelatihan Outward Bound® adalah : “Dengan mengalami keberhasilan terhadap suatu peristiwa (petualangan) yang mendasar, seseorang dapat belajar secara lebih baik untuk menghormati dirinya sendiri; dari rasa penghormatan diri dapat mengalir rasa kepedulian terhadap orang lain; dari rasa kepedulian ini  muncul komitmen untuk melayani sesama; di dalam pelayanan yang tulus yang dilakukan setiap hari (selama pelatihan) bagi kepentingan sesama bisa melandasi arah tujuan hidup yang lebih jelas”. Kenapa Kurt Hahn memilih media alam terbuka & petualangan, ialah karena petualangan di alam terbuka syarat akan membangun pengalaman yang lekat dan tidak terlupakan dalam diri peserta dengan sebab – akibat (konsekuensi) yang nyata.
Bagaimana jika tidak dengan media petualangan? Apakah pengembangan diri ini dapat dicapai? Bisa! Prinsipnya adalah media yang digunakan dapat memberikan pengalaman yang syarat pembelajaran bagi peserta? Selain pengalaman melalui petualangan, pengalaman dengan aktifitas teater, simulasi permainan dan atau sekolah lapang pun dapat menjadi media belajar berbasis pengalaman yang efektif. Selain pengalaman, salah satu elemen terpenting dalam pelaksanaan metode belajar berbasis pengalaman adalah peran dari Guru/ Fasilitator untuk dapat mengarahkan pengalaman tersebut menjadi sebuah pembelajaran. Inilah yang dinamakan belajar berbasis pengalaman (experiential learning).
Dalam menjalankan pelatihan, Outward Bound® juga menggunakan media permainan yang bertujuan untuk mencairkan suasana, permainan pemecahan masalah & membangun kepercayaan, permainan tantangan ketinggian (High Ropes) yang biasa dikenal Flying Fox. Permainan ini unik, menantang, seru & mudah untuk ditiru. Disinyalir karena mudahnya adopsi permainan ini maka menjamurlah kegiatan tantangan seperti halnya yang dilakukan Outward Bound®. Menjamurnya permainan/ tantangan ini lebih dikenal Outbound oleh masyarakat umum. Salah satu permainan yang paling dikenal adalah Flying Fox. Bahkan ketika seseorang telah bermain Flying Fox, ia mengatakan bahwa ia telah melakukan pelatihan pengembangan diri yang bernama Outbound.
Dalam perkembangan Outbound di Indonesia terbagi menjadi 2 aliran yaitu lembaga yang mengedepankan unsur pengembangan diri dengan metode belajar berbasis pengalaman dan ada yang mengedepankan unsur wisata/fun. Lembaga yang mengedepankan unsur pengembangan diri & memahami sejarah Outward Bound® hampir semuanya tidak menggunakan embel-embel Outbound. Sedangkan lembaga yang mengedepankan unsur wisata/fun hampir semuanya menggunakan istilah Outbound. Dalam perkembangannya, Outbound wisata/ fun ini jauh lebih pesat berkembang dan di adopsi oleh pelaku pariwisata. Jika Villa, Hotel, dan Bumi Perkemahan menyediakan fasilitas permainan tantangan ini (biasa diberi nama fasilitas Outbound) maka cukup berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pelanggan & otomatis omzet meningkat.
Dari fenomena pariwisata ini, untuk mengantisipasi angka kecelakaan dari permainan Outbound, Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif mengakomodir standarisasi bagi pelaku Outbound. Alhamdulillah, AELI berhasil membantu meluruskan pandangan tim penyusun standarisasi dari Kementerian Pariwisata & Ekonomi Kreatif bahwa Outbound yang mereka maksud sebenarnya lahir dari rahim pendidikan dengan tujuan pengembangan diri yang menggunakan metode belajar berbasis pengalaman (Experiential Learning). Kesepakatan dari Standarisasi Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) ini tidak menggunakan istilah Fasilitator Outbound tetapi “Fasilitator Experiential Learning disingkat FASEL”. Hasil SKKNI ini membagi 3 kategori untuk kegiatan Experiential Learning yaitu Rekreasi, Pengembangan Diri & Teurapetic.
Jadi disini jelas pembedaan antara Outbound dengan metode belajar berbasis pengalaman. Outbound lebih pada pemberian nama yang salah kaprah mengenai sebuah kegiatan. Untuk mempermudah dalam penyamaan persepsi dalam berkomunikasi maka dengan cepat orang umum memberinya nama Outbound. Tidak semua lembaga Outbound atau lembaga pelatihan berfokus untuk menerapkan metode belajar berbasis pengalaman.

Selasa, 19 Februari 2013

PESONA WISATA PANTAI KAUR


Kaur adalah kabupaten dari propinsi bengkulu yang berbatasan langsung dengan propinsi lampung. Sejak tahun 2003 menjadi kabupaten pemekaran dari Bengkulu Selatan. Akses menuju Kabupaten Kaur melewati jalur darat sejauh 230km kira-kira 4 - 5 jam dari Bengkulu.  Kaur masih memiliki hutan hujan tropis yang terjaga dan juga persawahan yang juga masih banyak. Di Kabupaten Kaur ini terdapat Gunung Patah 2.817 Mdpl yang dikelilingi perbukitan. Salah satu bukit terkenal adalah Raje Mendare yang dipercaya mitos lokal salah satu tempat peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Sehingga ada mitos/isue yang menyatakan bahwa masih terdapat peninggalan kerajaan Sriwijaya. Potensi objek wisata yang lain adalah sungai yang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai wisata arung jeram salah satunya sungai Padang Guci & sungai Muara Sahung. Mendekati ke Propinsi Lampung, terbentak jajaran perbukitan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS). Secara budaya, Kaur memiliki bahasa daerah yang beragam meski dalam satu teritori kabupaten. Banyak hal yang dapat dieksplorasi di Kabupaten Kaur ini. Berikut BOB akan menyajikan informasi mengenai objek wisata pantai di Kabupaten Kaur.

Pantai Hili Sore Hari

Pantai Hili Berbatu

Pantai Hili
Berbeda dengan pantai lainnya yang berpasir, Pantai Hili terdapat di kecamatan Semidang Gumay dipenuhi oleh batu kali yang berbentuk bulat/lonjong sehingga enak untuk di ijak. Di tapak kaki tidak terasa sakit. Duduk untuk sekedar istirahat, makan siang atau melepas penat dipantai ini sangat nyaman karena teduh & anginnya yang menyejukkan. Pantai ini terlihat dari pinggir jalan.

Mandi Pantai Sekunyit
Pantai Sekunyit
Pantai Sekunyit
Sebelum masuk ke alun-alun Kaur, kita akan melewati Desa Sekunyit. Disini terdapat Pantai Sekunyit yang indah untuk menyaksikan matahari tenggelam. Bentuk garis pantai yang melengkung sehingga seperti teluk ini memberikan pemandangan keindahan tersendiri untuk duduk santai atau mandi di pantai ini sambil menyaksikan sunset. Pantai ini masuk 200 m kedalam Desa Sekunyit.

Dam Pantai Harapan nan bersih
Siluet Pantai Harapan
Pantai Harapan
Duduk di atas Dam penahan ombak yang bersih ini, sungguh-sungguh luar biasa lega menyaksikan keluasan pemandangan laut & garis horizon laut ini. Dam yang lebar ini dapat dimanfaatkan untuk pesta tepi laut. Bahkan menikmati pemandangan pantai ini dapat membawa gelombang otak kita ke level alfa/teta. Ditemani warung makan yang berjualan rapi di tepi Dam penahan ombak ini menjadi teman tepat bagi  para pengunjung, salah satunya adalah Tongseng Sido Mampir. Menurut salah satu pedagang disini, area ini aman dan tidak pernah ada pemuda-pemuda lokal yang nongkrong sambil minum minuman keras.

Kombinasi Pasir & Jernihnya laut Linau
Pohon Rindah Pantai Linau

Pantai Linau
Tidak kalah menarik dari pantai yang lain meski hanya berjarak 500m dengan Pantai Harapan adalah Pantai Linau yang terdapat dermaga. Dermaga ini biasa dimanfaatkan untuk memancing. Warna air laut yang biru kehijauan sungguh menjadi pemandangan indah dipantai ini. Tepian pantai linau banyak terdapat pedang ikan segar. Gurita kering & basah menjadi komoditi utama selain ikan segar. Harga ikan yang terjangkau ini nikmat jika dibakar ditepi pantai untuk menjadi paramai suasana kumpul bersama. Pantai Linau ini sangat terasa sensasi tradisional karena banyak perahu  nelayan yang mengapung (parkir) ditepi laut linau ini. Tidak jauh dari lokasi pantai terdapat juga situs benteng peninggalan Inggris yang dikenal dengan benteng Linau.

Bocah & Batu Jung
Mengejar Kepiting





Pantai Way Hawang
Satu hal yang sangat unik dari pantai way hawang adalah batu jung yang berada kurang lebih 200meter dari pantai. Ditepi pantai ini ada beberapa bangunan selter permanen yang bersih. Tetapi jika kita mendekati tepi lautan ini, pemandangan pantai yang juga luas, kesan alami pantai sungguh serasi sekali. Pantai yang cukup luas dan berpasir menjadi bahan bermain candi/patung pasir yang seru. Pantai ini dibelah oleh muara sungai. Seberang muara sungai banyak terdapat tanaman pandan pohon yang besar dan rindang untuk dijadikan tempat berteduh. Pagi hari jam 09.00 – 10.00 biasanya para nelayan menepi, dari sini kita bisa beli ikan segar dari mereka. Cukup kita bawa nasi & sambal maka nikmat ikan segar ini bisa langsung kita rasakan dengan suasana alami pantai.

Hutan Laguna 
Menangkap Jingga Laguna
Pasir & Indahnya laut Laguna
Pantai Laguna
Pantai laguna adalah pantai terakhir jajaran pantai kaur yang wajib dikunjungi. Saat kita memasuki area ini maka kita disambut dengan adanya hutan  yang dinaungi tegakan pohon, lantai hutan yang alami dengan serasah daun pohon yang kering, sungguh-sungguh kombinasi yang tepat untuk dijadikan referensi kunjungan terakhir dan tempat bermalam dengan akomodasi camp tenda. Energi ketenangan alami ini menjadi sangat kontras ketika sore hari beberapa gerombolan monyet bermain di pohon & lantai tegakan pohon. Monyet ini tidak mengganggu tetapi keberadaannya menciptakan sensasi berada di lokasi tenang, terisolir nan menawan layaknya sebuah tempat sunyi tetapi terjaga apik. Luas area tegakan pohon ini mencapai kira-kira 2 Ha. Fasilitas yang tersedia disini ada pondok kecil, pondok besar, aula, musholah, toilet dan warung manisan.
Saat kita mendekat ke pantai, pesona air laut yang biru kehijauan sungguh mendamaikan hati berada di tempat ini. Pasir pantai ini didominasi pecahan karang dan pasir kasar. Mandi di pantai ini dan sambil menikmati kuliner ikan bakar hingga gelap hari menjadi agenda tepat untuk membangun keakraban dalam kebersamaan.  Konon kabarnya, dipantai ini terdapat telaga yang dulunya airnya merah karena terdapat batu merah delia. Akan tetapi kira-kira pada tahun 1970-an, ada seorang turis yang mengaku peneliti telah mengambil batu merah delima tersebut. Sehingga air telaga itu tidak merah lagi. Telaga ini menjadi habitat para monyet & beragam burung.

Demikianlah sederet pantai wisata di Kabupaten Kaur. Potensi kuliner laut segar banyak ditawari di sepanjang pantai ini, misalnya ikan segar, gurita kering & segar, lobster, selain itu ada juga karang hias untuk souvenir. Karena masih sedikitnya pengunjung ke pantai-pantai ini, lingkungan pantai ini masih cukup terjaga kebersihannya, adapun sampah adalah kotoran alami seperti daun, kayu-kayu kering, kelapa. Masyarakat sekitar pesisir ini juga ramah & terbuka dengan kedatangan tamu karena sudha banyak pendatang menetap di wilayah ini. Dari semua pantai diatas, sensasi alami & energi ketenangan yang luar biasa dapat dirasakan di pantai-pantai tersebut. Selamat mengunjungi pantai ini dan jangan ragu untuk meminta bantuan BOB untuk memandu wisata dipantai ini. Dengan keramahan & bahagia kami tunggu kabar baik untuk berwisata dari anda.

Rabu, 28 Maret 2012

Pantai Retak Ilir, Rumah Alami bagi Penyu

Dapatkah anda menyaksikan betapa luasnya hamparan pasir yang di sepanjang Pantai Retak Ilir di atas? Mari kita perhatikan juga rapatnya pohon cemara laut yang menjadi pagar raksasa bagi pantai. Pantai yang yang meyambung dengan kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Air Itam ini membuat panjang pantai ini menjadi 7 km & cukup menantang untuk di explorasi. Sejauh mata memandang, kita tidak melihat ada aktifitas pengunjung wisatawan umum. Dikejauhan hanya terdapat 1 orang rekan saya yang sedang melakukan penelitian tentang Lingkungan Fisik Peneluran Penyu.

Untuk mencapai Pantai ini, saya bersama rekan saya harus berjalan naik Ojek dengan kondisi jalan yang tidak mulus. Desa terakhir untuk mencapai pantai ini bernama Desa Retak Mudik. Salah satu penduduk yang kami tumpangi rumahnya adalah Pak Arifin, yang berasal dari suku Sunda. Bapak ini dulunya ikut dalam program transmigrasi.

Dari rumah Pak Arifin, kami harus berjalan lagi kurang lebih sejauh 800 meter. Perjalanan melewati ladang penduduk, sawah & daerah rawa. Terlihat ada sedikit barisan pohon yang jarang, maka itulah pintu gerbang masuk ke pantai ini. Tidak jauh dari pintu pantai ini ada sungai yang melintang yang menembus ke laut. Kami harus melewati sungai itu agar dapat menuju arah TWA Air Itam. Perjalanan ini kami tempuh untuk mencari titik peneluran penyu yang akan dijadikan bahan penelitian. Pendaratan penyu harus kami tunggu mulai dari sore, malam hingga pagi hari. Malam ini kami ditemani hangatnya api unggun & deburan ombak yang seolah ingin terlibat dalam perbincangan kami. Di pantai yang sepi begini, dimalam hari hanya ada 2 orang yang kami temui sedang menjaring ikan. Ikan segar yang ditukar dengan sebungkus rokok & kopi menjadi teman bincang-bincang kami dalam membahas segala macam topik kehidupan.

Satu pemikiran saya malam itu, "Beginilah alaminya Pantai Panjang di Kota Bengkulu di masa penduduknya masih sedikit. Bagaimana nasib pantai ini jika nanti penduduknya berkembang?"