Disore hari nan cerah,,, disaat sedang membuka file-file lama. Saya menemukan beberapa file mengenai pelatihan yang pernah saya pegang. Tulisan Refleksi berikut ini masih tersimpan rapi dalam satu folder pelatihan bersama salah satu perusahaan tambang. Hal yang paling di ingat saat membaca tulisan ini adalah si penulis (Emil) yang membaca dengan raut wajah yang datar, tegas dan dialek Bugis karena Ia berasal dari Makassar. Tulisan ini dibuat setelah semalaman melewati proses Solo Camp di tengah-tengah tegakan pohon dalam kesendirian. Pelatihan 5 hari yang dilalui sepertinya memberikan bekas mendalam bagi pengembangna diri penulis. Berikut tulisan refleksinya...
Aku melihat pergelangan tangan kananku, kulihat warna hitam dan putih. Persis seperti hiidup yang kadang naik dan kadang turun. Senang ketika dikenakan geang putih, dan kecewa ketika gelang hitam berdampingan menenmaninya. Sekarang ini yang penting adalah bagaimana aku menyikapinya, sikap bisa mengubah semuanya.
Bekerja di Jakarta adalah hal yang aku hindari. Hiking adalah sesuatu yang aku benci, membuatku gelisah karena harus keluar dari zona nyamanku. Namun hari ini semuanya telah aku kerjakan, dan ternyata tidak seburuk itu. Mungkin ini adalah sebuah kekanak-kanakan versi dewasa, tidak beda jauh dengan anak kecil yang takut ke dokter gigi.
Di balik kesuksesan seorang pria, terdapat seorang wanita di belakangnya, dan wanitaku adalah ibuku yang kupanggil mama. Mama bukanlah tipe ibu yang akan memeluk anaknya dengan erat dan hangat dan berkata “semuanya akan baik-baik saja nak”, tapi mama adalah ibu yang selalu mendorong anaknya dengan sedikit keras untuk menjadi lebih baik. Mama selalu berusaha menaikkan standar perilakuku entah dengan nasihat-nasihatnya atau dengan teguran kerasnya.
Hari ini aku berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Aku bosan dengan standar medioker. Aku ingin berada di puncak agar bisa melihat pemandangan yang lebih indah. Kemenangan selalu terasa menyenangkan dan selalu memberi hadiah. Hadiah itu berupa piala, gaji yang tinggi, istri yang cantik, ataupun makan nasi kotak isi ayam, bukan tempe. Tapi yang paling penting bukan hadiahnya, tapi perasaan senang karena mengetahui usaha kita akhirnya membuahkan hasil. Aku ingin merasakan itu lagi, lagi, lagi, karena itu adalah kepuasan pribadiku. Terima kasih Allah, terima kasih Ibu, terima kasih semuanya.
Jatiluhur, 30 Des 2011
Emil Arya
Selamat Berjuang Emil,, Kami menunggu kabar sukses dari mu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar